Pergantian pemimpin di Pondok Pesantren Al Hasan Salatiga memperbaiki tatanan sistem pendidikan menjadi lebih modern dan baik.
Potret asrama santri Pondok Pesantren Al Hasan Salatiga (Asifba Project)
Asifbaproject.com - Di Salatiga, Tepatnya di desa Banyuputih,
Sidorejo lor, Salatiga. Ada sebuah pondok pesantren Al-Hasan. Pondok ini,
dahulunya dipimpin oleh Almarhum Kyai Tafrikhan Marzuki. Yang biasa disapa Kyai
Ihsanudin.
Dalam kepemimpinannya tersebut, beliau menjadikan
pondok pesantren Al-Hasan ini sebagai pondok yang berbasis Al-Qur'an. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan
kesehariannya yang tidak bisa lepas dari Al-Qur'an dan alumnus yang memang
pandai dalam membaca Al-Qur'an secara tartil dengan tajwid yang benar.
Dalam kegiatan kesehariannya, setiap sore
mengkaji kitab ta'lim muta'alim. Dan malamnya mengkaji kitab syifaul jinan.
Kitab ta'lim membahas tentang adab seseorang dalam mencari ilmu. Sedangkan
kitab syifaul jinan, membahas tentang tajwid. Yaitu tata cara membaca Al-Qur'an.
Namun, di tahun 2016, bapak Kyai Tafrikhan Marzuki (Ihsanudun) meninggal dunia. Oleh karena itu, kepemimpinan diganti dengan seorang yang sudah dianggap mampu dalam memimpin pondok pesantren Al-Hasan. Beliau adalah Kyai Ma'arif yang dari kalangan keluarga besar Almarhum Kyai Tafrikhan Marzuki (Ihsanudin).
Perubahan yang dibawa cukup signifikan.
Dahulu, saat kepemimpinan Kyai Ihsanudin belum ada tradisi ziarah. Namun,
setelah kepemimpinan diganti oleh Kyai Ma'arif, setiap hari kamis sore selalu
ada ziarah untuk mendoakan Almarhum Kyai Ihsanudin.
Selain itu, pembelajaran malam lebih
efektif. Karena, sekarang setiap kelas pasti ada absensi dan jurnal
mengajarnya. Berbeda dengan dahulu yang tidak mementingkan kehadiran santri
dalam mengaji.
Tidak hanya dalam aspek pengajian yang
berubah. Perpulangan pun juga berubah. Dahulu, tata cara pulang hanyalah sowan
dan pamitan ke teman-teman pondok beserta pengurusnya. Sedangkan sekarang,
ditambah dengan surat izin perpulangan yang harus meminta pada bagian keamanan
pondok sebelum pulang ke rumah.
Perubahan tersebut mampu merubah gaya
hidup santri di pondok pesantren Al-Hasan. Selain itu, perubahan dalam lingkup
sosial sangat terasa saat berkumpul bersama teman-teman yang tidak membedakan
kelas, usia dan keahlian. Karena, di pondok pesantren Al-Hasan semuanya memiliki
kewajiban yang sama. Kewajibannya yaitu menuntut ilmu agama di pondok pesantren
Al-Hasan.
Note:
Artikel ini dibuat oleh Asifba untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Perubahan Sosial pada Program Studi Ilmu Komunikasi di IAIN Salatiga.
Komentar0